Berita Baru
Selasa, 17 September 2013
Selasa, 16 April 2013
Pramono: Pemerintah Jangan Polemikkan BBM
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah diminta tidak
kembali mengulangi kesalahannya dalam menyelesaikan masalah bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pemerintah diminta segera memutuskan kebijakan
apa yang diambil terkait BBM dan menyampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
"Kalau memang ada rencana kenaikan (harga BBM bersubsidi)
dan sebagainya, harap segera disampaikan secara resmi, tidak
dipolemikan. Kalau dipolemikkan makin panjang, pasti ada orang yang
menikmati," kata Wakil Ketua DPR Pramono Anung di Gedung Kompleks
Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa ( 16/4/2013 ).
Pramono
meyakini kelangkaan BBM di berbagai daerah belakangan ini terjadi akibat
permainan pihak-pihak tertentu. Penimbunan BBM bersubsidi, kata dia,
sudah dilakukan yang nantinya akan dijual jika harga dinaikkan.
Pramono
berpendapat, BBM menjadi masalah rumit akibat sikap pemerintah yang
maju mundur dalam mengambil keputusan. Seharusnya, kata dia, pengurangan
anggaran untuk subdisi BBM sudah dilakukan sejak 5 tahun yang lalu.
Tahun 2013 , anggaran untuk subsidi BBM sudah mencapai Rp 193
,8 triliun.
Politisi PDI Perjuangan itu menyoroti salah satu opsi
dibuatnya dua harga BBM, yakni untuk kalangan mampu dan tidak mampu.
Jika opsi itu dilakukan, kata dia, maka dipastikan akan terjadi
penyimpangan di lapangan.
"Kita kan sudah punya pengalaman,
begitu ada beda harga, orang-orang kaya yang dulu beli di pom bensin,
mereka akan beli dipinggir jalan dengan harga yang sedikit lebih murah.
Ini tidak menyelesaikan persoalan. Maka apapun yang dilakukan pemerintah
harus dikaji mendalam sebelum keputusan pasti," pungkas Pramono.
Seperti
diberitakan, pemerintah masih membahas masalah BBM. Hanya saja,
pemerintah akan mengurangi angka subdisi BBM, baik premium maupun solar
untuk kalangan yang tidak layak menerima subsidi. Belum jelas teknis
pengurangan subsidi tersebut.
"Jadi, orang yang kaya dan mampu
tidak berhak diberikan subsidi atau kelihatannya masih ada subdisi, tapi
kecil. Kelompok yang tidak mampu masih diberikan subdisi," kata Menteri ESDM Jero Wacik beberapa waktu lalu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memastikan, jika memang harga BBM dinaikkan, akan ada
kompensasi bagi rakyat yang terkena imbas. Ia pun meminta kepada semua
pihak yang selama ini mendorong harga BBM dinaikkan tidak berubah sikap
nantinya.
"Kalau semua sepakat harga BBM dinaikan, pilihannya
sedang kita godok, dan ternyata nanti dijalankan terjadi gelombang
penolakan, jangan balik kanan yang usulkan tadi. Apalagi (menjadi) yang
paling keras menentang. Bulan lalu ngomong apa, sek
Harga BBM Segera Naik
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah akan segera
menaikkan harga bahan bakar minyak. Sebagai persiapan, beberapa menteri
berkoordinasi dengan para gubernur se-Indonesia di kantor Kementerian
Dalam Negeri, Jakarta, Selasa (16/4/2013).
Hadir dalam rapat
koordinasi itu Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Jero Wacik, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, Menteri
Perindustrian MS Hidayat, dan Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo.
Seusai
rapat yang berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 13.00, MS Hidayat
mengatakan kenaikan BBM harus dilakukan secepatnya, tetapi masih
menunggu keputusan presiden.
Kenaikan harga BBM diberlakukan untuk
kendaraan pribadi. Harga BBM nonsubsidi diasumsikan menjadi Rp 9.000,
sedangkan BBM bersubsidi menjadi Rp 6.000. Saat ini, harga BBM
bersubsidi Rp 4.500.
Menurut Hidayat, para gubernur mendukung
rencana kenaikan harga tersebut. Bahkan, ada beberapa gubernur yang
meminta pemberlakuan satu harga saja.
Hatta: Harga BBM Rp 6.500 Masih Usulan
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perekonomian Hatta
Rajasa mengatakan semua kepala daerah telah menyepakati bahwa anggaran
subsidi bahan bakar minyak (BBM) harus dikurangi. Opsi yang mengemuka
adalah menaikkan harga BBM untuk mobil pribadi menjadi Rp 6.500 per
liter.
"Namun opsi itu masih usulan, belum diputuskan oleh
pemerintah," kata Hatta selepas Rapat Koordinasi tentang BBM Bersubsidi
di kantor Kementerian Dalam Negeri Jakarta, Selasa (16/4/2013).
Dalam
rapat koordinasi tadi, pemerintah ingin melihat kesiapan daerah bila
opsi-opsi yang ditawarkan pemerintah siap dijalankan oleh pemerintah
daerah. Pada dasarnya, pemerintah daerah merespon positif setiap opsi
yang ditawarkan.
Selain itu, pemerintah juga ingin memastikan
bahwa ada pengurangan kemiskinan dan perbaikan dari sisi infrastruktur
dari kebijakan ini. Artinya pemerintah harus mengalokasikan penghematan
anggaran BBM bersubsidi ini ke sektor infrastruktur dan pengurangan
kemiskinan di daerah.
"Intinya mobil pelat kuning anggaran subsidinya tidak dicabut. Ini dilakukan agar tidak terjadi gejolak," tambahnya.
Namun
Hatta memastikan bahwa opsi-opsi yang ada selama ini masih dalam rangka
pendalaman. Keputusan penuh tetap ada di tangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Kami melakukan ini dengan tetap memperhatikan daya beli
masyarakat, inflasi dan nantinya diharapkan dapat memberi dampak yang
sehat bagi perekonomian," jelasnya.
Dengan opsi kebijakan ini,
pemerintah nantinya dapat melakukan penghematan anggaran BBM bersubsidi,
bisa memaksimalkan penerimaan negara dan sekaligus bisa menekan defisit
neraca pembayaran di bawah tiga persen.
Langganan:
Postingan (Atom)